Bersetubuh Dengan Kakak Sepupu Bersuami dan Siswi SMK di Satu Atap

Bersetubuh Dengan Kakak Sepupu Bersuami dan Siswi SMK di Satu Atap

Nama saya Rudy, seorang pemuda berusia dua puluh tahun dari Sragen, kini tengah menempuh pendidikan tinggi di Solo. Tinggi badan saya 170 cm, berat 55 kg. Kenangan masa lalu, khususnya sebuah pengalaman yang cukup berkesan, terukir jelas dalam ingatan saya.

Pengalaman ini terjadi sekitar empat tahun lalu, ketika saya masih duduk di bangku SMA kelas satu, berumur enam belas tahun. Saat itu, saya tinggal di rumah kakak sepupu saya di kota, sebuah rumah yang cukup ramai penghuninya. Selain saya dan kakak sepupu saya, Mbak Fitri—seorang wanita berusia tiga puluh tahun yang sudah menikah dan memiliki dua anak kecil—juga tinggal di sana bersama dua orang lainnya: Wina, adik perempuan Mbak Fitri yang saat itu masih berumur sembilan belas tahun dan sedang menempuh pendidikan di SMK, dan Asih, adik ipar saya yang masih berusia empat belas tahun.

Lingkungan tempat tinggal yang cukup padat penduduk dan dekat dengan keluarga besar membuat kehidupan saya saat itu diwarnai berbagai interaksi sosial yang beragam. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian saya, dan secara bertahap, berkembang menjadi suatu situasi yang sulit saya kendalikan. Kedekatan fisik dan interaksi sehari-hari dengan beberapa penghuni rumah, terutama para wanita yang lebih tua, menciptakan dinamika yang kompleks dan memunculkan rasa penasaran yang dalam diri saya.

Saya merasa terdorong oleh rasa ingin tahu, dan situasi tersebut berujung pada sebuah peristiwa yang sangat mengubah hidup saya dan hingga saat ini masih teringat dengan jelas. Peristiwa tersebut bermula dari …

ali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset. Ia malah berkata, “Dik teruskan..

aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja..” Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian. “Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!” “Nggak apa-apa kok Dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada Mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.

Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat serambi lempit yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut. “Cup..cup..sret.. srett”, suara jilatan lidahku.

“Ought..ought..terus Dik enak..!!” Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan rudalku yang mulai tegang kedalam serambi lempitnya yang basah. “Ehmm..oh..ehh.. mmhh”, rintih kakakku keenakan.

Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia. “Crot..cret..crett.. crett”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam serambi lempitnya.

“Oh..” Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar. “Terima kasih Dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?” “Ok deh mbak”, sahutku. Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi.

Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu, sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi. Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi, saat Mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang.

“Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach.. sayang..!” pinta Kak Wina. Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.

“Hm..eght.. hmm.. eght..!”

Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar.

Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel. Wow..tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho.. bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.

Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bisa melihat tubuh masing-masing. Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.

Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam serambi lempit itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku. “Ught..ugh..hah oh..oh..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.

Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan serambi lempitnya rasanya ada yang membanjir di serambi lempitnya rasanya kenikmatans asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci.

Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat. “Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.

“Ini juga baru mulai kak!” sahutku. “Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih. “Boleh”.

cerita ngewe terbaru - Bersetubuh Dengan Kakak Sepupu Bersuami dan Siswi SMK di Satu Atap

Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya. “Ck.. ck..ck..ck..”, guman ku.

Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini. Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B serambi lempitnya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A serambi lempitnya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.

Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam serambi lempit satu sama lain. Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati serambi lempit satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam serambi lempit mereka.

Giliran mereka mengulum rudalku bergantian. “Hoh.. hoo..

hh.. ehmm”, desah mereka bertiga. Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan serambi lempit mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan.

Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak. “Dik aku mau keluar” “Mas aku juga” “Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian. “Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku “Boleh”, kata Mbak Fitri.

Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke serambi lempit mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main. “Srep.., srep”. Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat.

Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan rudalku de dalam serambi lempit Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi serambi lempitnya masih sempit seperti perawan saja. “Dik enak.. Uh..

oh..teruss!”, desahnya. “Emang kok Kak.. hh ehmm..” “Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.

“Tunggu sebentar sayang.”

Sekitar 10 menit aku main sama Kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin rudalku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh rudalku bisa masuk ke liang serambi lempitnya. “Mas..

sakit.. mas.. oght..

hhohh..”, jerit kecil Asih. “Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang. “Benar Mas sekarang nikmat sekali..

oh.. ought..”

Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, Kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke serambi lempitnya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas rudalku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek, eh.., bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum kenikmatans sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga serambi lempitnya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya. Ia mendesah seperti kepedasan.

“Ah.. huah.. hm..!” Tanganku yang satunya kumasukkan ke serambi lempit Mbak Fitri, rudalku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah.

Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan. “Ought.. hmm..

cret.. crot..” “Enak Mas..!” desah Asih. Spermaku ku semprotkan kedalam serambi lempit Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan.

Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan. Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di rudalku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat.

Share this: